Industri Baja Ringan Optimistis Tumbuh Tahun 2021 ini. Kinerja industri baja ringan masih akan tumbuh tahun ini. Asosiasi Baja Ringan Indonesia (Asibri) optimistis sampai akhir tahun, jumlah produsen meningkat 10 persen daripada tahun lalu. Pasar pun akan tumbuh minimal 15 persen.

Industri Baja Ringan Optimistis Tumbuh Tahun 2021 ini

Ketua Asibri Wali Buwono mengakui bahwa kinerja industri baja ringan sepanjang 2019 tidak menggembirakan. Beberapa produsen tumbang. Namun, penyebabnya bukanlah pasar, melainkan ketidakmampuan produsen-produsen itu mengelola usaha mereka.

Berita robohnya atap yang berkonstruksi baja ringan beberapa waktu lalu juga membuat bisnis terganggu. Padahal, masalahnya bukan pada kualitas produk, melainkan kesalahan pemasangan dan kurangnya komunikasi.

Sampai sekarang, imbuh dia, produsen mesin baja ringan kebanjiran order. Itu artinya minat untuk berinvestasi pada industri baja ringan masih tinggi.

Apalagi, kondisi pasar semakin baik. Belakangan, semakin banyak developer yang memesan baja ringan untuk membangun rumah baru.

Sekarang ini hampir tidak ada rumah yang dibangun tanpa baja ringan. Bahkan, RSS (rumah sangat sederhana) sudah menggunakan baja ringan.

Sejak kali pertama populer pada awal 2000-an, jumlah produsen baja ringan terus bertambah. Saat ini jumlah produsen baja ringan di seluruh Indonesia mencapai 400. Itu terdiri atas produsen berskala besar sampai tingkat usaha kecil dan menengah (UKM).

Baca Juga :  Jarak Reng Atap Baja Ringan untuk Atap Spandek Yang Tepat

Demi menjaga kualitas produk, Wali mendukung penuh penerapan SNI oleh pemerintah. Namun, Wali berharap bentuk profil tidak ikut distandarisasi. Sebab, menurut dia, bentuk profil merupakan wujud inovasi dan kreativitas setiap perusahaan.

Kendati pasar dan kinerjanya positif, industri baja ringan juga mempunyai kendala yang tidak bisa dibilang remeh. Asosiasi yang beranggota 43 perusahaan tersebut mempermasalahkan stabilitas suplai bahan baku. Khususnya terkait dengan importasi Bj LAS (Baja Lapis Aluminium Seng) yang merupakan bahan baku baja ringan.

Kesulitan importasi Bj LAS itu tentu mengakibatkan pasokannya tidak stabil. Apalagi pasokan untuk industri skala UKM. Akibatnya, harga bahan baku tidak terjangkau dan harga jual produk dikeluhkan konsumen.

MISI ASIBRI:

  1. Menampung aspirasi produsen baja ringan.
  2. Membantu anggota mengatasi permasalahan bisnis.
  3. Mengedukasi produsen soal pertanggungjawaban kualitas produk.

Bagaimanakah perkembangan baja ringan di Indonesia ? Di Indonesia sendiri pemakaian baja ringan masih dibilang hal yang baru untuk pengunaan rangka atap, beberapa developer yang menggunakan baja ringan banyak mengadaptasi metode ini dari negeri jepang yang lebih dahulu menggunakan baja ringan sebagai rangka atap. Hal tersebut disebabkan Jepang adalah salah satu negara yang rawan akan gempa sehingga mereka mengembangkan teknologi untuk kontruksi yang tahan gempa.

Baca Juga :  Harga Coil Galvalume per Ton Februari 2024

GENTENG PASIR baja ringan

Dilansir dari medcom.id dari tahun 2017 hingga 2019 tercatat kebutuhan baja ringan di Indonesia meningkat sekitar 5% pertahun, hal ini tak luput dari gencarnya proses pembangunan yang membuat baja ringan semakin dilirik dan disukai sebagai alternatif dibandingkan kontruksi konvesional lainnya. Selain itu, rampungnya pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini dinilai membawa pertumbuhan bisnis bagi industri baja ringan.

Para distributor hingga aplikator rangka atap baja ringan yakin bisnis ini bakal berkembang pesat. Ditambah, pembangunan di Indonesia masih terus berlanjut. Kesempatan bagi anda yang ingin meraup keuntungan dari bisnis rangka baja ringan. “Jumlah produsen baja ringan sejak pertama kali diperkenalkan di awal tahun 2000 sampai sekarang sudah mencapai 400 perusahaan, atau naik berkali-kali lipat, dan terdiri dari produsen berskala besar hingga UKM.” Kata Wali Buwono pada Republika.co/17 Januari 2020.

Baca Juga :  Jual Plat Coil Galvanis Kota Mataram

Industri Baja Sokong Pemulihan Ekonomi 2021

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa industri logam memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Selain memiliki nilai ekspor, baja tingkat kebutuhannya teru meningkat di dalam negeri.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, industri logam merupakan salah satu sektor yang prospektif ke depannya, karena kebutuhan domestik cukup besar. Selama ini industri logam berperan penting dalam mendongkrak nilai tambah bahan baku serta membawa efek yang luas bagi perekonomian. Di antaranya sebagai penghasil devisa dari ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja.

Di pihak lain, pelaku usaha industri baja ringan nasional terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas dan produksinya.

Industri Baja Ringan Optimistis Tumbuh Tahun 2021 ini

Sumber :